Sunday, June 17, 2012

Lestarikan Hutan, KHJL Terima Penghargaan dari Eropa

Hutan Rakyat yang terletak di Desa Lambakara Kecamatan Laeya
Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Foto: Kalvin/KNEWS

KENDARI : Ditengah rusaknya hutan di Indonesia khusus di Sulawesi Tenggara akibat Ilegal Logging dan masuknya investor pertambangan yang akhirnya menjadikan hutan seperti "lapangan sepak bola". Terlebih lagi akibat kerusakan tersebut masyarakat diperhadapkan dengan banjir, punahnya satwa, peningkatan emisi karbon yang menyebabkan pemanasan global.


Meski demikian, lembaga yang peduli akan kelestarian hutan juga tak menyerah dengan keadaan tersebut. Seperti halnya Koperasi Hutan Jaya Lestari (KHJL) di Desa Lambakara Kecamatan Laeya Konawe Selatan, Sulawesi Tenggara. Dalam usahanya lebih mengedepankan nilai sosial yang dibangun dengan mengangkat nilai kearifan lokal yang selama ini sangat dipatuhi oleh masyarakat setempat. Hal ini sangat efektif dalam kegiatan pengelolaan hutan secara lestari, dan secara umum dapat mempertahankan budaya lokal dalam upaya melestarikan hutan. 

Jum,at (15/6/2012) sejumlah wartawan, LSM, dan aktivis lingkungan bekerja sama dengan Yascita, melakukan Jurnalist Trip di KHJL tersebut. Jurnalis trip ini merupakan bagian dari siklus Multi Media Machine yang mengikutsertakan jurnalis yang konsen dengan isu yang tengah dikampanyekan dan melakukan liputan bersama secara independen.

Perjalanan dari Kota Kendari sebenarnya hanya memakan waktu satu jam namun karena medan jalan yang rusak harus ditempuh dua jam perjalanan. Jalan sempit dan berlubang mulai dirasakan saat memasuki  Kecamatan Wolasi hingga tempat lokasi.

Ketua KHJL Abdul Maal menerima langsung kunjungan kami. Menurutnya, Koperasi Hutan Jaya Lestari didirikan ditengah keprihatinan masyarakat terhadap lajunya degradasi hutan Konawe Selatan. Karena itu salah satu tujuan Koperasi ini dibentuk adalah untuk menekan kegiatan pembalakan tak legal yang marak terjadi di kawasan hutan produksi Konawe Selatan sekaligus mengembalikan dan mewujudkan cita–cita Koperasi sebagai soko guru perekonomian masyarakat.

"Jujur saja hutan di Konsel ini sudah mengalami kerusakan yang cukup parah, namun saat ini belum dirasakan dampaknya tapi pada waktu yang akan datang Konsel akan mengalami kekeringan, banjir dan segala bentuk kerusakan lainnya. Tentu ini menjadi keprihatinan kita semua, sebagai pemikir dan penggerak cinta hutan untuk dikelola dan ditanam sesuai dengan pemamfaatannya," ungkap Maal dengan nada tegas.

Lebih jauh dia mengatakan, pada tahun 2003 Departemen Kehutanan telah membuka akses bagi lembaga Koperasi untuk bergerak pada kegiatan pengelolaan hutan. Ini ditandai dengan diluncurkannya program Social Forestry yang dicanangkan Presiden Megawati Soekarno Putri pada juni tahun 2003 di Palangka Raya. Program tersebut disahuti oleh masyarakat Konawe Selatan yang ditandai dengan terbentuknya kelembagaan di 46 desa di Kabupaten Konawe Selatan, kemudian menjadi cikal bakal terbentuknya KHJL.

KHJL sendiri terbentuk Tanggal 18 Maret 2004 dan saat ini sudah tujuh kecamatan yang masuk sebagai anggota.

"Setiap anggota memiliki tanaman Kayu Jati satu hektar sampai 100 hektar ini untuk jangka panjang, kami juga memfasilitasi anggota menanam tanaman jangka pendek seperti tanaman Jahe. Untuk hasil kayu Jati dipanen setelah berumur 15 Tahun, pengirimannya tetap mendapat izin dari Dinas Kehutanan," jelasnya.

Usai melakukan diskusi panjang lebar, Tim Jurnalis Trip turun melihat kondisi hutan rakyat yang sudah ditanami Jati dan sejumlah tanaman lainnya.  Aswan Zaninu yang merupakan salah seorang pengajar Jurnalistik pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Unhalu tak henti-hentinya memuji hutan rakyat milik Abdul Haris Tamburaka yang tumbuh subur seluas 125 hektar.

Haris Tamburaka mengatakan, sebenarnya menanam tidak ada ruginya dan pasti memberikan dampak positif karena membantu melestarikan hutan. " Saya menginjak Istana presiden dan memenuhi panggilannya hanya karena rajin menanam dan sekarang jadi percontohan seluruh Indonesia. Intinya menanam itu luar biasa," ungkap bapak tiga orang anak ini.

Salah seorang pengurus KHJL, Hasan berharap agar pemerintah lebih memperhatikan kondisi lingkungan yang kian menghawatirkan.

" Hadirnya KHJL sampai saat ini tentu tak lepas dari partisipasi masyarakat yang kian hari makin sadar akan pelestarian hutan milik pribadi dan hutan milik pemerintah yang dititipkan pada KHJL. Intinya KHJL melakukan pengelolaan hutan yang berkelanjutan dan memberikan manfaat bagi masyarakat di Sultra, meningkatkan kapasitas anggota dalam pengelolaan hutan untuk menghasilkan kualitas hasil hutan yang baik, dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan," paparnya.

Untuk diketahui, KHJL telah mengirim hasil olahan kayu yang merupakan hasil panen dari hutan rakyat dan hutan milik pemerintah yang dititipkan kepada KHJL ke luar negeri salah satunya di Eropa.

Lembaga ini juga telah banyak menerima penghargaan diantaranya Forest Stewardship Council (FSC) dari Eropa dan sertifikat dalam negeri SLK. Bukan hanya itu, tempat tersebut juga dijadikan sebagai tempat belajar mahasiswa kehutanan dan menjadi objek wisata.  


No comments:

Post a Comment