Monday, September 2, 2013

Mengenang KH Ali Fauzi, Tokoh Muslim Kharismatik Maluku (1)

KH Ali Fauzi, Tokoh Muslim kharismatik asal Maluku

Catatan: Abdullah Saimima
Ambon

Lahir di Ambon 28 Januari 1924, na­ma KH.Ali Fauzi telah mengharumkan sejarah panjang pergerakan Islam di Maluku. Tak jarang tokoh ber­haluan keras itu selalu berseberangan dengan banyak pihak termasuk dengan pe­ngu­asa sekalipun. Dua kali almarhum di­penjara pada era rezim Soekarno dan sekali di masa rezim Soeharto.

Keberanian serta pendiriannya yang te­guh dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran sesuai dengan prinsip amar ma’ruf nahi mungkar membuat sosok KH. Ali Fauzi banyak disegani oleh kawan maupun lawan politik.

Hingga mengakhiri hayatnya, ulama kharismatik itu tetap pada pendiriannya, komitmen dan konsisten dalam menjalankan nilai-nilai agama. Beliau seolah menjadi benteng sekaligus penjaga moral dan akhlak sepanjang sejarah dalam menjalankan misi dakwah di Maluku.

Berbagai wilayah pelosok di Maluku telah didatangi sejak menjadi pegawai pada Kanwil Departemen Agama Maluku pada tahun 1950 silam. Dari sinilah kiprah tokoh Muhammadiyah Maluku itu menjadi sosok yang tidak muda dilupakan oleh generasi Islam di Maluku. Sebagai seorang ulama, almarhum adalah sosok guru yang telah banyak melahirkan sosok pemimpin di Maluku.

Karena kebesaran namanya itu, dalam setiap pergerakan politik Islam almarhum menjadi katalisator sekaligus motivator yang tampil di depan dalam menyebarkan dakwah di daerah ini. Tak heran, namanya yang demikian harum membuat banyak orang tua di Maluku terpaksa menggunakan nama besar almarhum untuk anak mereka.

“Dalam kondisi sakit di RS Al-Fatah, saya sempat didatangi salah seorang lelaki yang minta dibacakan doa untuk keselamatan sang istri­nya yang hendak melahirkan dalam kondisi sulit. Setelah saya bacakan air dan diminum tak lama kemudian sang istrinya pun melahirkan anak laki-laki. Sebagai ucapan rasa syukur, mereka minta izin agar putra mereka diberikan nama Ali Fauzi. Saya mengiyakan,” ujar KH Ali Fauzi kepada Rakyat Maluku, pada suatu waktu ketika almarhum sedang dirawat di RS Al-Fatah, Ambon.

Almarhum mengaku bangga namanya dijadikan sebagai idola. Dari utara di Ternate hingga Tual, Maluku Tenggara, nama besar Ali Fauzi ke­rab menjadi sosok teladan yang dijadikan idola untuk anak mereka. Di Ternate, misalnya, ada yang mengabadikan namanya dengan nama Ali Fauzi Umaternate, sedangkan di Tual ada namanya Ali Fauzi Rumkey.
Sayang, ditengah munculnya aksi-aksi terorisme yang melibatkan salah satu bomber Bom Bali yang melibatkan kelompok Imam Samu­dera, asal Lamongan, Jawa Timur, bernama Ali Fauzi yang selalu menghiasi media massa di Tanah Air membuat almarhum merasa tak “nyaman”.

Almarhum merasa jangan-jangan misi dakwah yang dikembangkan selama ini di Maluku bisa disalahartikan dengan gerakan terorisme. Karena itu, ketika dalam sebuah acara wisuda Khatamul Quran yang diselenggarakan oleh Taman Pe­ngajian Alquran Al-Kautsar, yang diselenggarakan oleh Yayasan Pendidikan Ali Fauzi dan diketuai oleh H.Saleh Watiheluw, di Gedung Ashari Al-Fatah, Mei 2007, lalu, almarhum mengeluarkan “maklumat” untuk menambah nama sang ayahnya menjadi: Ali Fauzi Abdul Djabbar.

“Hari ini saya mengeluarkan mak­lumat dengan menambah nama ayah saya menjadi: Ali Fauzi Abdul Djabbar. Ini harus saya sampaikan agar tidak ada yang mengaitkan Ali Fauzi Abdul Djabbar dengan gerakan bom yang menghiasi di media massa,” ujarnya.

Sebagaimana diketahui, kecintaannya mengembangkan dakwah membuat almarhum lebih memilih menjadi dai ketimbang harus menjadi PNS di Departemen Agama Provinsi Maluku. Sejak tahun 1957 almarhum memilih jalur dakwah karena merasa tidak nyaman lagi menjadi pegawai.
“Saya lebih baik memilih pensiun, karena tidak nyaman dengan praktek curang di lingkungan kerja. Dalam riwayat disebutkan, terimalah hakmu (gaji/tunjangan,red) yang diberikan Allah SWT. Jika Anda mengambil diluar dari bukan hakmu, itu namanya curang. Saya takut kalau berlaku curang, karena itu saya memilih keluar menjadi pegawai,” ujar almarhum suatu ketika.
Dalam berbagai ceramahnya, pesan-pesan moral dan akhlak selalu menjadi tema utama sang Kiyai. Berbagai kritik berbau korupsi dan praktek curang tak luput dari sorotan beliau, karena menurut almarhum salah satu cara untuk memperbaiki nasib bangsa ini adalah aparat birokrasi kita dari pusat hingga daerah harus benar-benar menegakkan nilai-nilai akhlak dan moral mereka.

“Kita sudah merdeka, tapi sayang kemerdekaan itu banyak digerogoti oleh akhlak dan perilaku oknum pejabat kita yang tidak amanah. Me­reka diberikan kepercayaan menjadi pemimpin tapi di antara mereka berlaku curang, tidak jujur dan tidak bermoral,” ujarnya. 

Sosok almarhum dikenal sebagai salah satu ulama besar di Maluku yang gigih berkiprah dan memiliki komitmen keumatan yang luar biasa, dedikasinya di berbagai bidang akan menjadi catatan manis untuk dikenang masyarakat baik di Maluku maupun Maluku Utara.

“Kepentingan umat muslim selalu menjadi nomor wahid, tak ada keraguan sedikitpun dari wajahnya saat berbicara soal umat yang selalu didahulukan dalam tiap momentum yang berbeda,” kata Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (PBB) Provinsi Maluku, M Saleh Wattiheluw.

Bukan hanya meninggalkan jasa tapi pengalaman hidup sang guru ini tentu akan menjadi cermin bila melihat eksistensi almarhum semasa hidupnya. Pentingnya pendidikan bagi masa depan anak-anak bangsa di daerah ini dilukiskan melalui kiprahnya di bidang pendidikan.

Tiga masa dilalui dengan me­ninggalkan bekas sebagai guru yang setia semasa Orde Lama, Orde Baru sampai saat ini. Tingkat pemahaman dan penguasaan terhadap kitab suci Al Quran, menuntutnya dengan ikhlas menularkan ilmu-ilmu yang dimilikinya kepada generasi muda. Tak terbatas, mulai dari anak-anak, re­maja, sampai orang dewasa diajarkan tentang Al Quran dan ilmu-ilmu yang berbau nilai-nilai ke-Islaman.

“Rasa duka bukan hanya melekat pada keluarga tercinta yang ditinggalkan tapi perasaan serupa juga dirasakan oleh umat muslim di Maluku. Wafatnya KH Ali Fauzi kemarin meninggalkan bekas, tak sia-sia kiprah dan jasa yang dijalankan semasa hidup, kini melekat pada ratusan bahkan ribuan murid yang pernah menimbah ilmu dari sang guru tercinta di Maluku sampai Maluku Utara,” tutur Wattiheluw. (Bersambung)

Sumber : rakyatmaluku.com 

2 comments: