Friday, May 16, 2014

Gunung Bromo Pesona Wisata Alam Menakjubkan

Gugusan Gunung di TNBTS dilihat dari Puncak Penanjakan
Tuhan menciptakan Gunung Bromo dengan seribu pesona yang banyak dikagumi wisatawan. Gunung Bromo bagai teater alam terbaik Indonesia dan menjadi tempat terindah untuk melihat matahari terbit, tepatnya di Penanjakan.

Pernah nggak terbayang oleh para traveler? Bagaimana rasanya berdiri di sebuah puncak gunung dan melihat gugusan gunung yang berdiri di atas hamparan pasir berukuran masif dari kejauhan yang dipadu oleh gradasi warna matahari terbit?

Kemudian turun dan jalan di hamparan pasir berukuran masif itu kemudian naik lagi ke salah satu gunung yang ada di wilayah lautan pasir itu? Ya, keren pastinya. Itu bisa Anda alami kalau berkunjung ke Kaldera Gunung Bromo.
Gugusan Gunung di TNBTS dilihat dari Puncak Penanjakan

Kaldera Gunung Bromo, masuk dalam wilayah Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS). TNBTS sendiri bersemayam di 4 wilayah kota di Jawa Timur yaitu Probolinggo, Malang, Pasuruan dan Lumajang. Ada dua gunung yang menjadi ikon TNBTS, yaitu Gunung Bromo yang tingginya 2.329 mdpl dan Gunung Semeru tingginya 3.676 mdpl, yang merupakan atap tertinggi di Pulau Jawa dan nomer 3 tertinggi di Indonesia.

Tulisan saya kali ini mengkhususkan untuk mengeksplorasi gunung pertama, yaitu Gunung Bromo. Buat Semeru, jangan iri ya, suatu saat waktumu akan tertulis juga.

Sudah menjadi SOP (Standard Operational Procedure) tidak tertulis dari setiap traveler yang mengunjungi Bromo adalah menyaksikan teater alam berjudul 'Matahari Terbit' yang dipentaskan di sebuah panggung alam bernama Gunung Penanjakan.

Pemainnya? Mulai dari matahari, awan, angin, siluet, pasir, gugusan gunung di TNBTS, pepohonan dan burung-burung yang kadang terbang melintas di panggung itu. Sutradaranya? Jelas, Sang Maha Pencipta.

Para traveler biasanya mulai memadati Gunung Penanjakan pada pukul 01.00-02.00 WIB. Jika traveler ingin melihat teater ini, usahakan jangan lebih dari pukul 03.00 WIB, jika teman-teman tidak mau berjalan cukup jauh dengan medan menanjak yang cukup membuat dapur pacu di rongga dada (jantung dan paru-paru) bekerja ekstra alias ngos-ngosan. Hal ini disebabkan sudah banyaknya kendaraan 4 wheel drive (4 WD) yang parkir di sepanjang jalanan sempit menuju puncak Gunung Penanjakan.
Pura Luhur Poten terlihat kecil dari atas

Mungkin Anda bingung, kenapa banyak kendaraan 4 WD? Ya memang sudah menjadi SOP tertulis dari pemerintah setempat. Jika ingin menuju ke spot-spot yang ada dalam Kaldera Bromo, haruslah menyewa Jeep 4 WD yang tersedia di pos-pos di wilayah tersebut.

Jeep-jeep di situ bisa diisi sampai maksimal 6 orang. Di setiap Jeep sudah memiliki driver-driver yang tentunya sudah hafal medan berat di kawasan itu. Tidak diperkenankan untuk menuju spot-spot di kawasan Kaldera Bromo menggunakan mobil pribadi, karena alasan keselamatan.

Atau jika Anda memang suka adventure, jalan kaki tidak dilarang. Dengan catatan traveler bisa menanggung konsekuensi dari pilihan hemat ini. Semisal pegal-pegal dan ngos-ngosan mungkin.

Setelah melihat matahari terbit di Penanjakan, biasanya para pengunjung akan segera turun dan menuju kawah Gunung Bromo. Menuju kawah Gunung Bromo akan melalui lautan pasir.

Keren rasanya naek mobil Jeep gahar, membelah hamparan pasir berukuran masif dan tak jauh dari mobil kita berjalan. Gugusan paku-paku bumi berukuran masif yang bernama gunung berdiri tegak dan menyadarkan manusia. Alangkah kecilnya mereka dibandingkan Sang Pencipta.

Jeep-jeep kemudian berhenti di lahan parkir khusus Jeep. Jarak antara lahan parkir dan kawah masih berjarak sekitar 1,5 Km. Jarak yang lumayan mungkin. Tetapi tenang, ada persewaan ojek atau kuda yang siap mengantar Anda ke bibir tangga menuju kawah. Tetapi bagi saya pribadi yang merupakan traveler Sudra, jalan kaki tetap menjadi pilihan dengan alasan olahraga.

Awas, buat para traveler yang memutuskan jalan kaki. Karena banyaknya kuda yang berlalu lalang mengantarkan traveler yang naik kuda, sudah dipastikan banyak 'ranjau' alias sisa metabolisme kuda-kuda tersebut. Traveler pasti tahu maksud saya. Jadi, awasi langkah kalian, jangan sampai menginjak tinja yang tersebar.

Membutuhkan waktu kira-kira 30 menit buat saya untuk sampai ke bibir tangga. Belum, belum sampai. Untuk mencapai bibir kawah yang berada di puncak Gunung Bromo, masih harus menaiki anak tangga yang sempat saya hitung berjumlah 250 anak tangga. Lumayan!

Tapi, setiap keindahaan membutuhkan usaha yang keras. Begitu sampai di puncak Gunung Bromo, usaha keras kalian terbayar dengan pemandangan indah Kaldera Pasir Bromo, Gunung Batok yang menjulang di dekat traveler, Gunung Semeru yang menantang kalian dari kejauhan sembari mengeluarkan asap rokok bernama 'wedhus gembel' dari puncaknya.

Jika melihat ke bawah, Pura Luhur Poten, pura yang berada di tengah lautan pasir di Kaldera Bromo akan terlihat kecil. Sudah satu jam saya dan teman-teman berada di puncak, kami pun turun dan melakukan perjalanan yang memiliki jarak tempuh yang sama dengan perjalanan berangkat.

Sesampainya di parkiran Jeep, sang driver menawari kami apakah mau melanjutkan perjalanan ke Pasir Berbisik dan Padang Savana atau mau kembali ke tempat awal di mana kami memarkir kendaraan pribadi kami.

Berhubung kombinasi dari waktu, tenaga dan uang yang ketiganya sepakat untuk tidak mau berkompromi dengan kami. Maka kami memilih opsi yang kedua, yaitu kembali ke parkiran dimana kami menitipkan kendaraan pribadi kami.

Sekedar info saja, Pasir Berbisik merupakan lautan pasir di sisi lain kaldera yang tidak banyak dikunjungi orang. Tempat ini merupakan lokasi syuting film berjudul 'Pasir Berbisik' yang dibintangi Cristine Hakim. Dinamakan pasir berbisik karena tiupan angin di kawasan membuat pasir bergesekan satu sama lain dan membuat simponi yang indah, seakan-akan pasir-pasir di situ sedang berbisik satu sama lain.

Sedangkan Padang Savana adalah lokasi perbukitan dan penuh padang rumput di sisi lain kaldera yang juga tidak banyak dkunjungi orang. Daya tarik di kawasan ini adalah adanya kawasan perbukitan yang bergunduk-gunduk berwarna hijau, mirip seperti kawasan di mana para alien lucu bernama Teletubbies muncul menyapa anak-anak di pagi hari. Bukit itu dinamakan Bukit Teletubbies.

Ya, apa boleh buat. Saat ini kami belum berjodoh dengan mereka berdua. Tetapi, dalam hati saya pribadi meyakini. Ini bukannya tidak jodoh, tapi ini adalah panggilan kepada saya dan mungkin Anda.

Panggilan agar suatu saat nanti, saya kembali ke tempat ini, menjelajahi TNBTS ini lebih dalam dan lebih jauh, dan semakin mencintai negeri ini, Indonesia sepenuh hati dan turut menjaga negeri ini sepenuh jiwa raga saya.

Ingat! Jangan tinggalkan apapun kecuali jejak kaki, jangan ambil apapun kecuali foto dan jangan bunuh apapun kecuali waktu.

Sumber : detikTravel

4 comments:

  1. Nice post, things explained in details. Thank You.

    ReplyDelete
  2. Hey keep posting such good and meaningful articles.

    ReplyDelete
  3. Nice post, things explained in details. Thank You.

    ReplyDelete
  4. I am extremely impressed along with your writing abilities, Thanks for this great share.

    ReplyDelete